Thursday, February 23, 2012

Sepada Butut Si Ani

Pandangan matanya tertuju pada sebuah sepeda tua, berhiaskan warna biru tua yang usang, sadel agak rusak dan berbunyi memekakkan telinga ketika dikayuh. Ya begitulah keadaan sepeda butut yang selalu siap sedia menemani langkah sang perawan untuk menuntut ilmu tanpa mengenal lelah dan mengeluh meski sudah ribuan kilometer ia lewati. Begitu juga sang perawan yang harus selalu berusaha dan berjuang keras menapaki hidupnya demi sekantong ilmu bekal hidupnya nanti. Tampang yang bisa dibilang pas-pasan, dengan wajah riasan model kuno berkuncrit, sehingga tampak lugu bagi orang yang melihatnya.

Tas sudah di pegangnya tanda sudah siap untuk berangkat sekolah, dengan niat ikhlas dan tulus bergegas mencium tangan kedua orang tuanya seraya meminta doa dan berharap semoga hari ini menjadi hari yang baik dan penuh berkah baginya dan keluarganya. Sepeda pun dikayuh mulai terdengar teriakan semangat yang menggebu-gebu dari sepeda tuanya seakan-akan sepeda berkata kepadanya ayo semangat. Meter-demi meter, kilo demi kilo dia lewati dengan jalanan yang agak menurun sehingga tidak begitu memberatkan bagi dirinya dan sepeda butunya untuk cepat sampai disekolah.

Cuaca cerah dan mentari bersinar begitu lembutnya seolah-olah menyapa dan mengiringi keberangkatannya, tak luput pula angin lembut yang berhembus bagai kain sutra termahal meniup tubuhnya. Meski jarak kurang lebih 7 kilometer dari rumahnya, tak membuat patah semangat untuk terus berjuang mengayuh sepeda kebanggannya itu. Mau gimana lagi, sepeda itu adalah satu-satunya harta paling berharga yang ia miliki karena atas jasa-jasanya ia dapat menggapai cita-citany menuntut ilmu demi masa depannya.

Waktu terasa begitu cepatnya sampai sekolah pun terasa begitu dekat dari pandangan matanya, dengan penuh kepercayaan diri yang tinggi dan tak kenal yang namanya gengsi, ia mulai menghentikan mengayuh sepedanya pada tempat parker yang disediakan pihak sekolah bagi para murid. Padangan matanya menoleh ke kanan ke kiri melihat suasana tempat parker yang penuh sesak dengan ratusan sepeda motor berbagai merek dan tahun pembuatan baik itu dari level sepeda motor model jaman dulu atau bisa dibilang katrok sampai sepeda motor keluaran terbaru.

Seteguk air melewati tenggorokannya, haus begitu hebat ia rasakan tatkala ia melihat perbedaan yang sangat jauh lewati hari-harinya ketika sepeda bututnya di tempat parker sekolah. Bias dibayangkan begitu sangat malu dan gengsi dimana begitu banyaknya sepeda motor bagus berjejer rapi di tempat parkir bila disbanding dengan sepeda gayuh yang tua dan usang dan satu-satunya lagi, selain itu dia hanyalah seorang wanita yang pada umumnya mudah malu atau gengsi jika melihat hal seperti itu. Tidak hanya pada waktu itu saja tapi setiap hari kejadian itu terulang-ulang sehingga melekat betul di memorinya. Tapi hal seperti itu tidak berarti bagi si Ani panggilan sehari-harinya, meski nama pendek namun tak membuat pikirannya pendek pula. Dengan sikap tenang, ikhlas dan pasrah serta penuh kemantapan dan keberanian, ia langkahkan sepedanya menuju tempat parkir yang penuh sesak itu.

Sesekali ia menoleh ke tempat parkir hanya ingin melihat sepedanya saja seakan-akan tak ikhlas meninggalkan sepeda bututnya ditengah keramaian dan kemegahan tempat parkir seolah-olah ingin menemani dan menyemangati sepeda bututnya agar semangat dan setia menantinya sampai pulang sekolah. Tersadar dari lamunan dan pikiran hatinya yang bergejolak ketika teman-temanya menyapa dan bercanda dengannya sehingga pikiran, lamunan serta hayalan seoalah-olah lenyap begitu saja bagai tertiup angin besar.

Bersekolah menuntut ilmu merupakan kegiatan pokok yang selalu ia jalani, tapi tak hanya itu saja selain sekolah kegiatan-kegiatan lain seperti kegiatan ekstra ia lakoni dengan segenap jiwa dan raga tentunya dengan semangat yang menyala bagai api yang menghancurkan segala yang ada. Alhasil dengan tekadnya itu ia semakin di kenal oleh teman-temannya karena sifatnya yang begitu berbeda dan langka yang dimiliki oleh setiap orang seumurannya. Tak pernah ia membedakan antara satu orang dengan orang lain yang ada hanyalah prasangka positif kepada orang lain dan optimis menghadapi berbagai tantangan membuatnya semakin disuka oleh teman-temannya.

Perjuangan begitu berat yang harus ia jalani, hidup dari keluaga kurang mampu sehingga membuat dirinya untuk berjuang keras bisa menghadapi segala tantangan terutama masalah ekonomi yang paling dominan bagi dirinya. Lagi-lagi itu bukan suatu masalah yang memberatkan bagi gadis perawan sepertinya meskipun pada hakekatnya karena kekurangan finansial yang ia hadapi membuatnya harus berpikir dan memutar otak mencari uang demi memenuhi kebutuhan namun tak membuatnya patah semangat dan semakin membuatnya bangkit dan bangkit untuk melawan keterbatasannya demi meraih impian dan cita-citanya. Sungguh tak terbayang di benakku akan menemui gadis perawan bermental baja seperti dia yang membuatku terheran-heran lagi adalah percaya diri yang amat sangat dan tidak mengenal istilah gengsi dan minder dalam hidupnya.

Masih terbayang di benakku pelajaran paling berharga yang diberikannya kepadaku sehingga aku bisa bangkit dan semangat dari keterputusasaan dan kegelisahan yang kuhadapi menjadi hilang tanpa jejak begitu saja olehnya. Ya mbak Ani begitu aku memanggilnya beliau sudah kuanggap seperti kakakku sendiri dimanapun dan kapanpun ketika aku bersamanya dia selalu mengingatkan, memberi nasehat bahkan memarahi ataupun sekedar menegurku. Tak segan-segan kalaupun aku salah dia menghukumku bahkan pernah aku ditamparnya namun aku tidak marah malah senang dan sadar karena berkat dia aku bisa belajar dari apa yang salah yang telah aku lakukan.

Mbak Ani begitu berharga bagiku bahkan bagi teman-temannya, sifat ceria dan senyum mungil nan indah selalu ia nampakkan dari bibirnya seolah-olah mengajak semua untuk selalu bahagia dan semangat menjalani hidup. Tak lupa sepeda bututnya, begitu setia menemaninya kemanapun dan kapanpun dia pergi sepeda butut tak pernah lelah menemaninya. Pergi dan pulang sekolah yang begitu jauhnya hanya dengan sepeda butut dia bisa jalani semua tanpa mengeluh yang ada hanyalah maju dan maju. Semua begitu nyata dan dasyat akan kegigihan dan perjuangannya sampai terukir indah di hatiku bagaikan akar pohon yang kuat dan erat tertanam di tanah.

Namun kini tak lagi ku lihat senyum, tawa serta candanya karena dia menghilang dari padanganku menapaki hidup baru dengan orang yang istimewa baginya, yang ada hanyalah kenangan. Sepeda butut kini tak lagi menemaninya yang dilakukannya hanyalah diam tanpa jeritan sebagai hiasan. Kegigihan dan perjuangan tak kenal lelah sepeda butut dan gadis perawan sekarang hanya bisa diingat dan dikenang, tapi jasa-jasanya bagi orang lain begitu besar bagi kemajuan dan motivasi untuk terus berjuang dan berjuang.